Jakarta, Mobilitas – Sejumlah faktor yang memantik konsumen Indonesia menahan minat membeli mobil listrik tersebut terungkap dari hasil survei lembaga riset Populix bertajuk “Electric Vehicles in Indonesia: Consumer Insights and Market Dynamics”.
Menurut Associate Head of Research for Automotive Populix, Susan Adi Putra, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (4/7/2025) sedikitnya ada tiga faktor utama yang membuat sebagian besar masyarakat di Tanah Air masih pikir-pikir untuk membeli mobil listrik.
“Dari survei yang kami lakukan, ada tiga faktor utama. Ketiganya adalah keberadaan dan sebaran Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), keberadaan bengkel resmi dari semua merek, dan yang ketiga adalah soal harga yang dinilai masih mahal,” ungkap Susan.
Dari responden di kota- kota besar Indonesia yang disurvei Populix, sebanyak 56 persen diantaranya menyebut masih minimnya bengkel resmi dari merek mobil yang bersangkutan menjadi maslah tersendiri jika mobil membutuhkan perawatan atau perbaikan.
Kemudian 53 persen responden menyebut lokasi pengisian ulang daya baterai yang masih dan jauh menjadikan keengganan menggunakan mobil listrik.
Lalu, 47 persen menyebut harga yang masih mahal menjadikan merek pikir-pikir untuk meminang mobil listrik. Terlebih, 29 persen dari mereka menyebut subsidi atau insentif dari pemerintah masih relatif kecil.
Sedangkan, mereka yang menyatakan berminat membeli mobil listrik, 67 persen mengku ingin menggunakan mobil listrik karena kendaraan itu bebas polusi. Kemudian, 60 persen mengatakan suka, karena mobil listrik bebas polusi suara (suara mesin yang senyap), lalu 54 persen meng atan suka mobil listrik karena positif bagi lingkungan. (Swe/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id