Jakarta, Mobilitas – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut ongkos transportasi di Indonesia lebih tinggi dibanding rata-rata ongkos transportasi di dunia. Sebab standar pengeluaran untuk ongkos transportasi dari biaya hidup yang wajar seperti yang ditetapkan Bank Dunia adalah 10 persen dari biaya hidup.
Sementara, keterangan resmi Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen Intram) Kemenhub yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (4/9/2025) menyebut rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia untuk ongkos transportasi mencapai 12,46 persen dari biaya hidup. Artinya lebih besar ketimbang standar yang ditetapkan Bank Dunia.
Data hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (4/9/2025) memperlihatkan setidaknya ada delapan kota yang ongkos trasportasi masyarakatnya tertinggi di Indonesia. Mereka adalah Depok Rp 1, 802 juta (16, 32 persen dari biaya hidup), Bekasi Rp 1, 918 juta (14,02 persen), dan Surabaya Rp 1,629 juta (13,61 persen).
Lalu Bogor Rp 1,235 juta (12,54 persen), Jaya Pura Rp 1,127 juta (12,45 persen), dan Jakarta Rp 1,590 juta (11, 82 persen). Kemudian Makassar Rp 1,156 juta (11, 52 persen), serta Balikpapan Rp 981. 842 (11, 51 persen).
“Pemerintah berupaya melakukan digitalisasi sistem pembayaran antarmoda transportasi. Sistem ini sudah diterapkan oleh Transjakarta yang menerapkan tarif maksimal Rp10 ribu untuk perjalanan lintas moda dalam tiga jam, ” ungkap Direjen Intram Kemenhub, Risal Wasal.
Dia menegaskan Kemenhub berencana menerapkan sistem ini di berbagai daerah. Mereka akan memperluas integrasi ini dengan menghubungkan moda lain di bawah PT Kereta Api Indonesia, seperti KAI Commuter dan LRT Jabodebek. (Swe/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id