Jakarta, Mobilitas – Meski besaran penurunan penjualan secara kumulatif dari Januari – Agustus 2025 itu relatif kecil, namun sebaiknya tidak dianggap remeh. Sebab penjualan kendaraan bermotor roda dua tersebut menjadi salah satu indikator performa kekuatan ekonomi nasional.
Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (12/8/2025) menunjukkan selama delapan bulan pertama 2025, jumlah motor yang terjual di Tanah Air, sebanyak 4.269.718 unit. Jumlah tersebut melorot 1,7 persen dibanding total penjualan selama periode yang di tahun 2024 yang mencapai 4.343.781 unit.
Sementara, di bulan Agustus saja kinerja penjualan sepeda motor ini naik (dengan total 578.041 unit) dibanding bulan Agustus 2024. Tetapi jika dibanding bulan sebelumnya atau bulan Juli 2025, ternyata kinerja penjualan di Agustus 2025 itu melorot.
Memang, di kurun waktu Januari – Agustus tahun ini, penjualan motor di Indonesia dari bulan ke bulan, ada beberapa kali penyusutn jumlah dari satu bulan ke bulan lainnya. Itu terjadi di bulan Maret dari bulan Februari, kemudian April dari Maret, dan Agustus dari bulan Juli.
Rinciannya Januari penjuan yang tercetak 560.301 unit, Februari 581.277 unit, Maret 541.684 unit, dan April 406.691 unit. Kemudian di bulan Mei 505.350 unit, Juni 509.326 unit, Juli 587.048 unit, dan Agustus 578.041 unit.
Pengamat industri dan keuangan dari Indonesia Industry & Financial Policy Studies (IIFPOS), Dandy Sutalaksana yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (12/9/2025) menyebut, jika dilihat secara keseluruhan atau kumulatif delapan bulan pertama 2025, ternyata masih turun dibanding tahun lalu. “Secara umum, market belum membaik atau staganan terbukti total penjualan turun meski sedikit. Ini karena faktor daya beli, ” ungkap Dandy.
Selain biaya hidup yang makin mahal tetapi pendapatan tidak bertambah, juga dikarenakan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dandy mengutip data Satudata Kementerian Ketenagakerjaan, yang memperlihatkan di periode Januari – Juni 2025 sebanyak 42.385 pekerja mengalami PHK. Jumlah tersebut melonjak 32,19 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Tragisnya di saat yang sama di sektor pertanian khususnya di sub sektor hortilutura banyak petani yang mengalami gagal panen akibat cuaca yang berubah ekstrem. “Akibatnya tidak hanya dialami petani saja, tetapi jug konsumen karena harga produk tersebut makin mahal dan terjadi inflasi, ” kata Dandy.
Muara dari seluruh rangkaian kondisi itu adalah pesimisme konsumen terutama terhadap prospek penghasilan ke depan. “Ini yang membuat masyarakat cenderung menahan belanja atau menunda konsumsi, ” tandas Dandy. (Anp/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id