Bus Pariwisata Belum Ramp Check Dilarang Operasi Saat Lebaran, Ini Alasannya

0
425
Ilustrasi, supir bus - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Kasus kecelakaan lalu-lintas bus pariwisata (baik tunggal maupun melibatkan kendaraan lain) masih banyak terjadi karena unit armada bus ini banyak yang telah berusia tua.

Oleh karena itu, seperti diungkap Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan, Danto Restyawan, pihaknya meminta agar bus pariwisata melakukan ramp check sebelum beroperasi memberi layanan kepada penumpang. Kalau tidak, bus yang bersangkutan diminta untuk kembali ke kandang alias tidak boleh beroperasi.

Penegasan ini, kata Dianto, sudah disampaikan Menteri Perhubungan saat rapat koordinasi angkutan lebaran 2024 di Polda Jawa Tengah Semarang, Minggu (31/3/2024) kemarin. Menhub, sebut Danto, menegaskan jika bus pariwisata tidak bersedia melakukan ramp check lebih baik tidak beroperasi, harus kembali ke pool mereka. J

“ika masih nekat dan ketahuan, akan diberikan sanksi. Nanti teman-teman dari kepolisian akan memberi tindakan, dan kami akan memberikan sanksi teguran keras atau bisa saja izin operasinya dicabut,” papar Danto saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (1/4/2024).

Dia mengatakan, pada saat lebaran, umumnya banyak masyarakat yang bepergian dengan berekreasi ke tempat-tempat wisata. Karena permintaan jasa angkutan bus pada saat hari raya Idul Fitri itu membeludak, maka seringkali masyarakat tidak selektif memilih bus.

“Sehingga, apakah bus itu layak atau tidak disewa, masyarakat tidak tahu. Apalagi, ya memang kebanyakan masyarakat kesulitan melihat bus itu layak jalan atau tidak. Sehingga, agar kejadian buruk tidak terjadi, kita harus lakukan antisipasi. Caranya ya mewajibkan bus-bus pariwisata itu melaklukan ramp check. Kami akan bekerjasama dengan Polres-polres setempat untuk melakukan pengawasan terhadap ramp check ini,” tandas Danto.

Ilustrasi, Bus Pariwisata – dok.Mobilitas

Sementara itu, Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (1/4/2024) mengatakan sejatinya bus lama atau baru yang digunakan tidak masalah sejauh proses perawatan dilakukan secara rutin.

“Masalahnya, soal perawatan, itu kita enggak tahu. Oleh karena itu, apakah bus itu baru atau lama, cara yang tepat untuk mengetrahui kelayakannya adalah dengan ramp check. Sehingga, kita tidak spekulatif, ada keastian,” tandas Wildan.

Terlebih, dalam hasil investigasi kasus kecelakaan yang terjadi pada bus selama ini menunjukkan faktor manusia (human error) merupakan yang terbanyak. Tetapi, kesalahan atau kelalaian manusia khususnya pengemudi itu terjadi karena pengoperasian fitur kendaraan yang tidak tepat.

Dan ketidakketepatan itu, lanjut Wildan, juga terjadi karena daya dukung teknologi itu sudah rendah. Ini terjadi karena keuasan atau ketidaktepatan sistem kerja peralatan fitur.

“Mengapa itu terjadi? Salah satunya akibat perawatan yang minim. Mengapa perawatan minim, karena bus jarang disewa, sehingga secara ekonomi jika dilakukan perawatan rutin, banyak perusahaan yang berdalih antara pengeluaran dengan pendapatan tidak sepadan. Jadi banyak perusaaan otobus merawat hanya sekadarnya saja,” jelas Wildan. (Han/Aa)