Jakarta, Mobilitas – Pertumbuhan industri otomotif baik pasar domestik dan ekspor telah terbukti berperan sebagai lokomotif pergerakan ekonomi nasional di tengah dampak pandemi Covid-19 yang hingga kini masih terasa.
Konsumsi atau penyerapan produk kendaraan bermotor roda empat atau lebih di pasar domestik maupun ekspor yang saat ini telah mendekati pulih seperti sebelum pandemi menjadi “pelumas” sekaligus pendorong pergerakan ekonomi Indonesia.
Jumlah penjualan kendaraan – seperti terekam oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) – sepanjang Januari hingga November yang sebanyak 761.000-an unit, setara dengan 81% dari total penjualan sepanjang tahun 2019. Tahun dimana pandemi Covid-19 belum menyebar ke Indonesia.
Bahkan, total ekspor yang mencapai 267.000-an unit (tepatnya 267.224 unit ) yang dibukukan oleh sembilan produsen otomotif di Indonesia selama sebelas bulan pertama itu, telah setara dengan 87% dari total ekspor yang dicatatkan sepanjang tahun 2019. Menariknya, dari total ekspor sebanyak itu, Toyota Indonesia menyumbang separuh lebih dengan total 166.000-an unit.
“Pencapaian ini memperlihatkan kinerja ekspor T-Brand (merek Toyota) sudah pulih ke level 89% dibandingkan dengan situasi sebelum pandemi (tahun 2019). Dan proyeksi pencapaian tahunan (sampai akhir tahun 2021) hinga 188 ribu unit,” tutur Bob Azam Direktur Administrasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, dalam keterangan resmi yang dirilis di Jakarta, Kamis (23/12/2021).
Bob menyebut aktivitas ekspor Toyota Indonesia ke lebih dari 80 negara memiliki peran strategis baik bagi perekonomian dan perkembangan industri nasional. Pasalnya, melalui ekspor ini pula, pemasok lokal telah terjembatani ke rantai pasokan global.
“Oleh karena itu, kami di Toyota memiliki komitmen untuk terus melakukan pengembangan pemasok termasuk IKM untuk meningkatkan daya saing mereka. Karena ekspor otomotif merupakan ekspor produk berteknologi tinggi yang bernilai tambah yang sangat tinggi pula,” ujar Bob dalam konferensi pers akhir tahun yang digelar secara virtual, Selasa (21/12/2021).
Berdampak besar
Dengan kata lain, lanjut Bob, dampak ikutan (multiplier effect) dari kegiatan industri otomotif sangat besar. Sebab, industri ini – dari hulu hingga hilir – tak hanya menyerap tenaga kerja, namun juga membuka sumber pendapatan bagi negara melalui pajak, retribusi, dan sebagainya termasuk devisa dari ekspor.
“Kinerja industri otomotif Indonesia menjadi sektor industri andalan yang berperan sebagai penopang dan lokomotif kebangkitan ekonomi nasional. Industri yang berkontribusi bagi 1,5 juta lapangan kerja dari hulu hingga hilir ini telah menyumbangkan 4% dari Penerimaan Domestik Bruto (PDB) Indonesia,” papar Bob.
Adapun rincian ekspor yang dibukukan oleh PT TMMIN di sebelas bulan pertama tahun ini meliputi model SUV (yang terdiri dari Toyota Fortuner, Rush, dan Raize) sebanyak 76.000 unit. Lalu model MPV (yang terdiri dari Toyota Kijang Innova, Sienta, Avanza, Town/Lite Ace, dan Veloz) sebanyak 33.000 unit.
Model lainnya adalah sedan, hatchback, dan LCGC (yang terdiri dari Toyota Vios, Yaris, dan Agya) dengan total 57.000 unit. TMMIN juga mengekspor mesin (yakni TR dan NR) sebanyak 101.000 unit.
Selain itu, kendaraan dalam wujud terurai (CKD) dan komponen kendaraan. Total jumlah masing-masing selama sebelas bulan pertama itu mencapai 47.000 block dan 79 juta pieces. (Aa)