Bisnis

Industri Komponen Otomotif Berguguran, Gegara Pasar Lesu dan Impor BEV yang Melaju

×

Industri Komponen Otomotif Berguguran, Gegara Pasar Lesu dan Impor BEV yang Melaju

Share this article
Ilustrasi, komponen mesin mobil l - dok.Sun Auto Service

Jakarta, Mobilitas – Selain banyak yang tutup, sebagian dari yang masih bertahan terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Menurunnya permintaan yang terus menerus sejak 10 tahun terakhir oleh pabrikan mobil konvensional plus derasnya impor mobil listrik baterai (BEV) menjadi penyebabnya.

“Memang, kalu kita lihat tren produksi mobil di Indonesia kan berada di tren penurunan ya, sejalan dengan turunnya penjualan atau penurunan domestic market. Itu berpengaruh ke permintaan komponen. Terlebih, mobil-mobil impor, khususnya BEV ya, itu kan enggak ada permintaan komponen,” ungkap Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Rachmat Basuki, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (27//8/2025).

Menurut Basuki, produsen komponen yang masih bertahan terpaksa mengurangi jumlah karyawan (PHK) untuk menyesuaikan dengan volume permintaan agar ongkos opersional bisa ditekan dan bisnis bisa tetap berjalan. “Ini jumlahnya juga banyak, baik yang anggota GIAMM maupun yang bukan. Industri knalpot dan pelumas maupun chemical,” ujar dia.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara yang ditemui Mobilitas usai acara diskusi di Kemenperin, Senin (25//8/2025), tak menampik informasi banyaknya produsen komponen yang gulung tikar atau melakukan PHK.

Sekretaris Jenderal Gaikindo, Kukuh Kumara – dok. Mobilitas

“Kami di Gaikindo memang tidak mengurusi produksi komponen ya, tetapi dari informsi yang kami terima, ternyata banyak industri yang tutup maupun yang melakukan efisien, khususnya yang masih bertahan. Produsen yang bertahan itu karena tertolong oleh pabrikan mobil yang bertahan. Karena produksi industri mobil itu sudah mengalami stagnasi sejak 10 tahun lalu,” papar Kukuh.

Bahkan, kata dia, tingkat pemanfaatan (utilisasi) kapasitas produksi industri mobil nasional saat ini turun hingga menjadi hanya 55-60 persen. “Padahal, lapangan kerja di sana cukup banyak, sehingga wajar jika ada produsen yang melkukan pengurangan karyawan,” ujar Kukuh.

Oleh karena itu, baik Kukuh maupun Rachmat Basuki, berharap pemerintah segera bertindak untuk menyelamatkan industri komponen. Selain meminta pabrikan BEV untuk memproduksi mobilnya di dalam negeri Indonesia dengan tingkat kandungan lokl yang tinggi, juga melakukan program dukungan agar produsen komponen bisa beradaptsi dengan ekosistem kendaraan elektrifikasi.

“Selain itu, yang tidak kalah penting adalah bagaimana membuat kebijakn ekonomi yang mampu dengan segera memulihkan daya beli masyarakat, sehingga pasar domestik kembali meningkat. Kalau itu terjadi, maka pfroduksi mobil meningkt dan otomotis permintaan komponen juga melonjak,” tandas Kukuh. (Anp/Aa)

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id