Tokyo, Mobilitas – Nissan Motor Company (Nissan) kini tengah memacu penjualan mobil elektrifikasi produksinya di pasar dunia. Pabrikan asal Yokohama, Jepang, ini ingin penjualan mobil yang dialiri setrum – mulai dari hybrid hingga listrik murni (BEV) – buatannya terserap lebih banyak di wilayah yang selama ini menjadi pasar terbesar di dunia.
Seperti dilaporkan China Daily, Senin (29/11/2021) dalam laporan yang berisi strategi kampanye produk elektrifikasi di pasar global yang diungkap pada hari Senin (29/11/2021) Nissan menyatakan ada empat pasar terbesar mobil listrik dunia. Keempatnya menjadi bidikannya.
“Pada tahun 2026 nanti, empat dari 10 mobil yang dijual (Nissan) di Cina adalah mobil yang dialiri listrik (hybrid hingga BEV). Cina selama ini merupakan pasar terbesar penyerap produk Nissan. Negeri ini sekaligus menjadi pasar mobil listrik terbesar di dunia,” bunyi pernyataan pabrikan.
Di Eropa, pada tahun yang sama, ditargetkan 75% dari total penjualan Nissan berupa mobil setrum itu. Dan di Jepang – pada tahun yang sama – mencapai 55%. “Sedangkan di Amerika Serikat, angkanya akan menjadi 40% pada tahun fiskal 2030,” kata produsen mobil terbesar urutan ketiga di Jepang itu.
CEO Nissan Makoto Uchida mengatakan pabrikannya berambisi mendorong era baru elektrifikasi. “Kami ingin memajukan teknologi untuk mengurangi jejak karbon dan mengejar peluang bisnis baru,” kata dia dalam pernyataan secara online di Tokyo, Senin (29/11/2021).
Untuk mewujudkan ambisi itu, Nissan akan menggelontorkan investasi senilai 2 triliun yen atau sekitar Rp 252,22 triliun (kurs 1 yen = Rp 126,11) selama lima tahun ke depan.
“Investasi ini merupakan bagian dari rencana untuk menambah 20 kendaraan bertenaga listrik baterai baru ke jajarann model perusahaan,” bunyi keterangan resmi pabrikan seperti dikutip Reuters.
Dengan demikian, di tahun 2030 nanti, telah ada 23 model mobil listrik Nissan. Jumlah itu termasuk 15 mobil listrik murni atau listrik baterai yang bakal tersaji di pasar dunia. (Vto/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id