Beijing, Mobilitas – Republik Rakyat Cina (Cina) saat ini merupakan negara dengan pasar mobil listrik terbesar di dunia. Laporan IEA Global Electric Vehicle menyebut, sepanjang tahun 2020 lalu penjualan mobil listrik di negeri ini mencapai 1,34 juta unit (terdiri dari plug-in hybrid electric vehicle, mobil listrik hyidrogen, dan listrik baterai).
Namun, seperti dilaporkan laman China Daily dan South China Morning Post, belum lama ini, Cina terus berupaya meningkatkan penggunaan mobil listrik oleh masyarakat. Maklum, jumlah mobil elektrifikasi ( dengan tiga jenis yang ada itu) masih sangat timpang dibanding jumlah mobil konvensional bermesin pembakaran.
Kementerian Keamanan Nasional Cina menyebut jumlah mobil ramah lingkungan yang di negara itu disebut sebagai New Energy Vehicle (NEV) – yang terdiri dari mobil berbahan bakar gas alam, plug-in hybrid, mobil listrik berbahan bakar hidrogen (FCEV), hingga mobil listrik murni (baterai) – mencapai 6,03 juta unit lebih. Jumlah itu setara dengan 2,06% dari total jumlah seluruh jenis mobil yang ada di negeri itu.
Total populasi mobil ramah lingkungan (NEV) itu ternyata mayoritas mobil listrik murni (baterai/BEV). “Dari total NEV itu sekitar 81,68% merupakan mobil listrik murni atau sebanyak 4,93 juta unit,” bunyi pernyataan kementerian tersebut.
Untuk menarik minat masyarakat menggunakan mobil listrik, pemerintah Cina membuat kebijakan agar industri mobil memnyediakan layanan purna jual yang menjamin pengembalian atau recall jika terjadi masalah, perbaikan, dan penggantian suku cadang dengan sebaik-baiknya.
Peraturan yang direncanakan berlaku mulai 1 Januari 2022 tersebut juga mencakup amandemen signifikan terkait tanggung jawab perusahaan kepada pelanggan terkait NEV yang rusak.
“Baterai dan motor listrik termasuk dalam peraturan baru sebagai suku cadang mobil utama, dan akan menikmati hak garansi yang sama seperti mesin dan transmisi kendaraan bensin,” bunyi keterangan Lembaga Pengawas Pasar dan Kualitas Produk Cina.
Menariknya, penjual mobil diwajibkan mengganti atau menerima pembelian kembali secara gratis. Bahkan mobil listrik yang digunakan kurang dari 3.000 kilometer, dan suku cadang utama – yakni mesin, transmisi, baterai daya, dan motor penggerak- rusak harus diganti secara gratis.
Sementara, jika ada masalah kualitas seperti kegagalan sistem kemudi, kegagalan sistem pengereman, bodi retak, kebocoran bahan bakar atau baterai daya yang rusak dalam waktu 60 hari sejak tanggal berlakunya kebijakan itu harus diganti secara gratis. Jika perlu penjual mobil membeli kembali mobil tersebut.
Hak istimewa lainnya yang diberikan ke penmgguna mobil listrik di Cina adalah, pajak yang lebih rendah. Mereka juga mendapatkan prioritas di area tempat parkir, serta prioritas dalam perjalanan di kondisi darurat.
Sementara, sebagai kompensasi kepada industri pembuat maupun penjualan mobil listrik, pemerintah akan memberikan sejumlah insentif perpajakan bagi industri. Perlindungan dan jaminan atas kebutuhan komponen dan bahan baku yang dibutuhkan industri juga akan diberikan.
Sebelumnya, Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi Xin Guobin seperti dilaporkan Bloomberg, Minggu (10/9/2017), menegaskan, pemerintah bekerja sama dengan regulator lainnya telah menyusun jadwal penghentian produksi dan penjualan mobil berbahan bakar fosil. Kebijakan itu rencananya diberlakukan mulai tahun 2030.
Pasalnya, negeri dengan jumlah penduduk 1,43 miliar jiwa ini menargetkan netral karbon atau tanpa emisi CO2 pada tahun 2050. (Yus/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id