Sidney, Mobilitas – Australia yang berpenduduk 28 juta jiwa itu kini menjadi pasar ekspor mobil yang menggiurkan bagi pabrikan dari seluruh penjuru dunia. Sebab, semua mobil yang dijual di negara itu 100 persen berasal dari impor.
Menurut data Organisasi Internasional Pembuat Kendaraan Bermotor (OICA), produsen mobil yang beroperasi di Australia menghentikan produksi pada tahun 2017. Pabrikan yang paling akhir mengakhiri produksi di negara itu adalah General Motors, yakni pada Oktober 2017.
Langkah pabrikan tersebut sekaligus menandai berakhirnya 70 tahun perakitan kendaraan di Australia. Perubahan drastis iklim industri mobil di Australia itu disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari tingginya dolar Australia, mahalnya biaya produksi khususnya upah pekerja, hingga menyusutnya pasar domestik.
Sehingga, pabrikan dan pemerintah setempat menilai lebih efisien dan menguntungkan jika menjual mobil yang diimpor dari negara lain. Padahal kebutuhan mobil konsumen di Negeri Kanguru itu mencapai 1,2 juta unit, dengan potensi pasar yang menggiurkan karena memiliki Produk Domestik Brutto (PDB) per kapita sebesar US$ 62.077 dan PDB nasional mencapai US$ 1.745 miliar.
Meski dalam kenyataanya penjualan mobil di negara itu dinamis, terkadang naik, dan tak jarang turun. Termasuk di periode Januari – Mei atau semester pertama 2025.
Data Kamar Dagang Industri Otomotif Federal (FCAI) Australia yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (4/7/2025) menunjukkan selama enam bulan pertama jumlah mobil yang terjual di Australia sebanyak 624.130 unit. Jumlah itu menyusut 1,4 persen dibanding total penjualan selama periode sama di 2024.
Fakta data juga berbicara di paruh pertama 2025 tersebut, ada lima pabrikan yang menjadi pemain dominan di pasar mobil Australia. Mereka adalah:
Toyota: menjual 120.978 unit (turun 0,3 persen)
Mazda: 48.942 unit (turun 0,8 persen)
Ford: 47.301 unit (turun 4,7 persen)
Kia: 40.750 unit (turun 1,3 persen)
Hyundai: 38.948 unit (naik 7,9 persen)
Sumber: FCAI, 2025. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id
