Bisnis

Kemenperin Sayangkan Tak Ada Insentif untuk Sektor Otomotif di 2026, Ini Alasannya

×

Kemenperin Sayangkan Tak Ada Insentif untuk Sektor Otomotif di 2026, Ini Alasannya

Share this article
Ilustrasi, proses produksi Toyota Yaris Cross di pabrik PT TMMIN - dok.TMMIN

Jakarta, Mobilitas – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meyayangkan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto yang menyebut tidak akan ada insentif untuk induatri otomotif di tahun 2026 nanti.

“Pak Menteri (Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita) sangat menyayangkan pernyataan ini. Terlebih, Kemenperin baru memulai merumuskan insentif otomotif tapi sudah ditolak,” ungkap Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif, di Jakarta, Kamis (27/11/2025).

Terlebih, sebut Febri, insentif otomotif sangat ditunggu-tunggu oleh konsumen. Begitu pun oleh industri, karena insentif diyakini dapat menggerakkan semua lini produksi, karena  jejaring produksinya melibatkn banyak industri lain.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang perekonomian, Airlangga Hartanto menyatakan bahwa di tahun 2026 pemerintah tidak akan menggelontorkan insentif di bidang otomotif.”Insentif di tahun depan tidak ada. Karena industrinya sudah cukup kuat apalagi udah pameran di sini, kuat banget” kata Airlangga di ICE BSD City, Tangerang, Rabu (26/11/2026).

Ilustrasi, pameran mobil – dok.Mobilitas

Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira Adinegara, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (27/11/2025) menyebut saat ini pemerintah memang dihadapkan pada persoalan pelik terutama terkait daya beli masyarakat. Jika persoalan ini tidak segera ditangani maka akan berdampak luas ke pertumbuhan ekonomi nasional, karena konsumsi rumah tangga berkurang.

“Kita tahu kontributor terbesar penggerak pertumbuhan ekonomi itu konsumsi rumah tangga khususnya kebutuhan primer dan sekunder. Jadi untuk mengangkat daya ungkit pertumbuhan ekonomi ya sektor konsumsi dua kebutuhan itu yang harus diangkat. Inu masalah skala prioritas di temgah menurunnya pendapatan dari pajak,” papar Bhima.

Terlebih, sektor dua kebutuhan masyarakat itu menyentuh massa yang lebih luas sehingga dampaknya juga lebih besar. Sedangkan, konsumen otomotif yang merupakan kelompok menengah dan atas, daya belinya masih jauh lebih kut ketimbang segmen bawah.

“Jadi, ini sekarang pilihan skala prioritas yang cukup pelik bagi pemerintah. Rasionalitas dalam menghitung multiplier effect kebijakan insentif yang diberikan harus diperhatikan dengan cermat pula,” jelas Bhima. (Dit/Aa)

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id