Bisnis

Merosotnya Penjualan Motor Januari – April 2025 Bisa Berlanjut Jika Pemerintah Tak Lakukan Ini

×

Merosotnya Penjualan Motor Januari – April 2025 Bisa Berlanjut Jika Pemerintah Tak Lakukan Ini

Share this article
Ilustrasi, sepeda motor Honda - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Daya beli masyarakat yang masih lemah dan potensi kemungkinan masih terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) membayangi penjualan sepeda motor di Indonesia.

Sementara, data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Kamis (29/5/2025) menunjukkan, pada periode Januari – April 2025 jumlah sepeda motor yang terjual di Indonesia sebanyak 2.089.953 unit. Jumlah ini melorot 2,98 persen dibanding penjulan pada periode sama di tahun lalu yang sebanak, 2.154.226 unit.

Menurut Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (29/5/2025), merosotnya penjualan kendaraan bermotor roda dua itu tak lepas dari masih lemahnya daya beli masyarakat .

“Masih lesunya daya beli ini bisa dilihat dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menurun di kuartal pertama (Januari – April) 2025 yakni dari 4,91 persen (kuartal I 2024) menjadi 4,89 persen (kuartal I 2025). Bahkan, konsumsi yang melemah ini masih terjadi di bulan April,” papar Nailul.

Ilystrasi, New Honda Scoopy – dok.AHM

Maraknya PHK yang terjadi di sektor manufaktur (pekerja pabrik) dan sektor jasa) juga turut memicu melemahnya penjualan sepeda motior, yang nota bene merupakan bukan barang kebutuhan primer.

‘Saat ini masyarakat lebih fokus untuk mempriotaskan kebutuhan primer, karena daya beli yang melemah. Dan kalaupun masih punya dana lebih, meraka (khususnya kelas menengah ke bawah, yang merupakan konsumen terbesar sepeda motor) akan menahan belanja,” jelas Nailul.

Potensi kemungkinan terjadinya PHK, kondisi ekonomi yang masih sulit, hinggakondisi cuaca yang memicu gagal panen, serta harga bahan pangan pokok masih menghantui. Jika hal ini terus terjadi maka pasar sepeda motor masih terus tertekan.

“Karena itu, saat ini tantangan yang dihadapi pemerintah adalah bagaiman menciptakan daya ungkit untuk memperkuat daya beli. Menjaga stabilitas harga pangan, menciptakan lapangan kerja, dan menghindari kebijakan perpajakan yang kontradiktif,” tandas Nailul. (Anp/Aa)

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id