Jakarta, Mobilitas – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) serta Lemigas telah melakukan uji laboratorium Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar dengan campuran minyak nabati 50 persen (B50).
Seperti diungkapkan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, saat rapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (12/11/2025), hasil uji awal itu menunjukkan bahwa ada penurunan ku
litas filter lebih cepat dari kendaraan yang menggunakannya. Begitu pun dengan semburan tenaga dari mesin pengguna BBM tersebut.
“Kami sudah melakukan uji laboratorium dari komponen bahan bakar minyak yang digunakan. Ada dua jenis solar dan beberapa komposisi bahan bakar nabati yang diuji. Hasilnya, umur filter cenderung lebih pendek, dari awalnya tiga bulan menjadi dua bulan. Sedangkan tenaga yang dihasilkan lebih rendah sekitar 10–20 persen dibanding saat menggunakan BBM B40,” papar Eniya.
Namun, uji BBM B50 itu masih akan dilanjutkan dengan road test atu uji jalan kendaraan yang menggunakannya dimulai bulan Desember nanti. Kabarnya, di segmen kendaraan niaga truk dan bus yang akan ikut serta dalam pengetesan penggunaan BBM tersebut, termasuk Mitsubishi Fuso Indonesia.

Apakah kendaraan niaga Mitsubishi Fuso di Indonesia kompatibel atau cocok mengggunakan BBM tersebut atau tidak, Sales & Marketing PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (PT KTB) – distributor dan pemasar kendaraan niaga Fuso – Aji Jaya mengku masih belum bisa berkesimpulan. Dia menegaskan pihaknya masih akan melihat hsil uji jalan yang dilakukan.
“Meski demikian, kami di PT KTB atau Fuso selalu berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah. Karena komitmen kami adalah bagaimana memberikan kontribusi secara maksimal ke perputaran roda ekonomi nasional, dengan menyuguhkan kendaraan niaga yang mampu mendukung operasional bisnis konsumen pengguna kendaraan itu secara maksimal. Di sisi lain kami juga ingin berkontribusi bagaimana negara atau pemerintah mengurangi ketergantungan impor BBM fosil,” ujar Aji yang ditemui Mobilitas usai Media Factory Visit di Cakung, Jakarta Timur, Rabu (12/11/2025).
Aji menyebut penggunaan BBM B50 selain memperkecil volume impor solar, juga akan menyerap produksi minyak kelapa sawit yang merupakan salah satu komoditas perkebunan terbesar di Indonesia. Selin itu, penggunaan BBM tersebut juga lebih ramah lingkungn.
“Namun, kami tentunya juga harus memperhatikan kepentingan konsumen kami. Apakah ada dampak yang secara teknis serius. Biaya operasional yang membengkak signifikan dan lain-lain, tentu harus dilihat faktanya seperti apa. Oleh karena itu kita tunggu hasil road test nanti,” tandas Aji. (Sas/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id












