Tangerang, Mobilitas – Hajatan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 telah usai digelar (24 Juli – 3 Agustus 2025), namun pameran otomotif tahunan ini menyisakan satu cerita yang menegaskan ternyata ekonomi nasional masih lesu. Jumlah pengunjung memang meningkat dibanding pada perhelatan yang sama di tahun 2024.
“Ya, ini laporan berdasarkan data dari semua peserta sampai dengan hari Minggu 3 Agustus (2025) kemarin. Memang dari sisi jumlah pengunjung kita tahun ini naik sekitar 5 – 10 persen, ya hanya tujuh sampai delapan persen. Karena kami mencoba menjaga, kalau terlalu crowded sudah enggak nyaman untuk para pengunjung. Fokus kami lebih pada menciptakan kenyamanan dan keamanan,” papar Ketua Umum Gaikindo, Johnnes Nangoi, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (4//2025).
Sementara nilai transaksi termasuk pembelian mobil dan sepeda motor baru di gelaran ini, menurut Nangoi, turun dibanding di pameran yang sama di tahun lalu. Hal ini, kata dia, tidak lepas dari lemahnya daya beli masyarakat akibat ekonomi nasional yang tertekan.
“Untuk total trasaksinya, kita masih menunggu report final dari teman-teman APM baik mobil maupun motor yang jadi peserta. Tetapi sampai hari Sabtu (2/8/2025) turun dibanding tahun lalu,” tandas Nangoi.
Sekadar informasi, pada perhelatan GIIAS 2024 lalu, jumlah pengunjung yang datang sebanyak 475.084 orang. Sedangkan total nilai trasaksi yang terjadi mencapai Rp 18,8 triliun (dengan total kendaraan yang terjual 34.000-an unit), naik 24 persen dibanding transaksi di GIIAS 2023.
“Daya beli masyarakat termasuk masyarakat kelas menengah Indonesia masih melemah, biaya hidup meningkat tetapi pendapatan tidak naik. Ini yang membuat masyarakat menahan belanja. Apalagi belanja barang kebutuhan non primer seperti kendaraan (baik mobil maupun motor). Selain itu jumlah masyarakat yang masuk kelas menengah kini jumlahanya makin merosot,” papar Ekonom Center of Economic and Economic Studies (CELIOS) Nailul Huda yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (4/8/2025).
Masyarakat merasa tidak aman untuk membeli kendaraan (mobil maupun motor) karena merasa ekonomi nasional rawan terhadap gejolak penurunan. “Beberapa survei memperlihatkan indeks keyakinan konsumen menurun, aktivitas industri nasional melambat, dan pengangguran usia muda tetap tinggi. Angka penjualan ritel riil masih lemah sepanjang kuartal kedua karena masyarakat tetap berhati-hati dalam berbelanja,” tandas Nailul. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id