KNKT: Supir Trailer Jadi Penggerak Perputaran Ekonomi, Tapi Tak Ada yang Peduli

0
1003
Ilustrasi, supir truk trailer yang kelelahan - dok.Istimewa via Colombo Law

Jakarta, Mobilitas – Tanpa keberadaan supir trailer, maka barang-barang kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan bahan baku produksi pabrik tak akan terdistribusi.

Akibatnya, kata Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan, perputaran roda perekonomian nasional pun seret. Bahkan bisa mandek.

“Karena truk trailer merupakan sarana angkutan logistik yang masih menjadi andalan karena sifatnya yang bisa mendistribusi barang logistik secara end to end. Dari pelabuhan atau pabrik ke tempat tujuan akhir dari distribusi. Jadi, itulah peran penting dari supir atau pengemudi truk trailer ini,” papar Wildan saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (16/10/2023).

Hanya saja, lanjut Wildan, keberadaan supir truk di jalanan bagi sebagain pengguna jalan dianggap sebagai “musuh” karena kendaraan yang dikemudikannya merupakan monster yang menakutkan dan memiliki potensi bahaya yang besar. Sementara, bagaimana kesulitan yang dialami para supir angkutan barang skala besar itu tak ada yang peduli.

“Kesulitan para supir dan kenek selama perjalanan yang tidak ada yang memperhatikan. Mereka harus mengantar barang dengan target waktu yang ditetapkan, berkendara di linatasan yang sulit, dengan jam istirahat maupun tempat yang istirahat tak layak, juga tidak ada yang memperhatikan dan tidak mau tahu. Akibatnya, banyak yang mengalami kelelahan fisik dan psikis yang membahayakan, termasuk terjadinya kecelakaan,” papar Wildan.

Wildan menyodorkan bukti, data kecelakaan yang terjadi di Tanah Air. Meski, populasi truk termasuk trailer hanya 3,82 persen dari total jumlah kendaraan bermotor (baik roda dua maupun empat atau lebih) namun, jumlah kasus kecelakaan yang melibatkan kendaraan ini menempati uritan kedua terbanyak.

“Terbanyak pertama sepeda motor yang mencapai 73 persen dari total kasus kecelakaan yang terjadi. Kedua truk (termasuk truk trailer) sebesar 12 persen,” kata dia.

Ilustrasi, truk trailer yang mengalami kecelakaan parah di jalan tol – dok.Istimewa

Oleh karena itulah, KNKT mengusulkan pembangunan Freight Center atau pusat transportasi barang. Tempat ini bukan sekadar tempat istirahat yang nyaman bagi supir truk trailer, namun juga tempat untuk menyimpan kendaraan yang sedang tidak dipakai sekaligus perbaikan dan perawatan.

“Di tempat itu pula disediakan ruang istirahat, mandi, cuci, kakus. Kemudian SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) agar mereka tidak kesulitan mengantre di SPBU yang harus mengantre bergantian dengan pengguna kendaraan lain,” Jelas Wildan.

Wildan menyebut, fakta yang membuat miris adalah 50 persen truk trialer yang beroperasi tidak menjalani uji kendaraan (kir) dan minim perawatan. Kendaraan itu hanya teronggok begitu saja, dan kemudian dipakai begitu dibutuhkan.

Kondisi seperti ini tentu sangat berbahaya ketika beroperasi di jalan untuk perjalanan jarak jauh. Terlebih, mayoritas supir truk trailer tidak memiliki latar belakang keterampilan khusus mengemudi kendaraan jenis itu, tetapi hanya belajar secara otodidak atau dari pengalaman yang sebelum menjadi kenek.

Menurut Wildan, jika kebutuhan dasar dan kesejahteraan supir truk trailer itu tidak diperhatikan, tidak menutup kemungkinan orang enggan menjadi supir trailer. Sebab, selain minim kesejahteraan risiko keselamatannya juga tinggi.

“Sehingga, jika terjadi kelangkaan atau bahkan tidak ada yang mau menjadi supir trailer, maka perputaran roda ekonomi nasional seret atau bahkan mandek, karena jasa logistik juga mandek. Pertumbuhan ekonomi pun melambat atau bahkan minus,” tandas Wildan. (Ant/Aa)