Jakarta, Mobilitas – Selama sembilan bulan pertama 2025, atau hingga 1 Oktober 2025 penggunaan alias konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite turun 5,10 persen. Hal ini berpengaruh besar ke anggaran subsidi BBM jenis itu yang harus dikeluarkan pemerintah.
Fakta tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman di hadapan Komisi XII DPR RI, di Jakarta, Rabu (1/10/2025).
“Sehingga kompensasi subsidi untuk Pertalite itu turun dari Rp48,9 triliun, diproyeksikan bisa terjadi efisiensi sehingga hanya menjadi Rp36,314 triliun. Artinya ada efisiensi sebesar Rp12,6 triliun dengan adanya shifting ini,” papar Laode.
Dia juga menegaskan turunnya permintaan Pertalite tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang beralih ke BBM non subsidi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo. Sehingga volume konsumsi keduanya juga meningkat.
Sebelumnya, Corporate Secretary (Sekretaris Perusahaan) PT Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Jumat (22/9/2025) mengatakan, kenaikan konsumsi Pertamax dan Pertamax Turbo itu dipicu keinginan masyarakat untuk mendapatkan produk BBM dengan kualitas yang lebih baik.
“Selain itu, karena ditopang oleh semakin meluasnya infrastruktur distribusi. Saat ini kami memiliki lebih dari 15.000 titik layanan BBM di seluruh Indonesia, termasuk 573 titik BBM Satu Harga,” ujar Heppy.
Menurut Heppy sepanjang Januari – Juli 2025 konsumsi BBM nasional sebanyak 59 juta kiloliter. Dari total jumlah BBM itu, 41 persennya berasal dari produk BBM non-subsidi.
“Pertamax pada periode itu, penjualannya tumbuh 24 persen dari tahun ke tahun. Kemudian Pertamax Turbo tumbuh 55 persen. Sedangkan BBM jenis solar Pertamina Dex penjualannya tumbuh 19 persen, ” tandas Heppy. (Han/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id
