Tangerang, Mobilitas – PT Adiputro Wirasejati (Adiputro) memperkenalkan Roamer 4×4 – AWD Mining Specification di GIIAS 2023.
Menariknya, tak seperti bus-bus lain yang digarap perusahaan karoseri asal Malang itu, bus Roamer itu tidak menggunakan basis kendaraan Jepang. Melainkan, kendaraan besutan pabrikan asal Republik Rakyat Cina (Cina), Sinotruck.
Kendaraan itu berpenggerak 4×4 ini dengan mesin berkapasitas 4.088 cc, 4 silinder segaris, DOHC dan transmisi manual. Mesin yang menyemburkan tenaga 110 kW pada putaran 2.600 rpm dan torsi maksimum 500 Nm pada 1.200-1.800 rpm, itu telah berstandar Euro 5.
“Kami didukung oleh Sinotruk. Ini all wheel drive sehingga otomatis dan tidak pakai transfercase. Langsung pakai diferensial sehingga bisa mengatur sendiri ketika jalan becek atau di jalan aspal,” papar Marketing Manager Mini Bus Adiputro Sandy Wijaya kepada Mobilitas, di arena Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023, ICE Serpong, Rabu (15/8/2023).
Sandy mengatakan, sebelumnya ia sempat bekerja sama dengan salah satu merek Jepang. Setelah berjalan dua tahun, ia mengaku tidak lagi diberikan mesin lagi.
“Karena kami tahu, kehadiran kami mengganggu mereka. Nama mereka nanti tidak tercantum di kendaraan. Biasanya kalau pabrikan Jepang itu ingin mereknya tercantum di kendaraan,” papar dia.
Sementara, pabrikan asal Negeri Triari Bambu justeru sebaliknya. Ketika hendak memilih Sinotruk, ia mengaku sempat menawarkan mencantumkan nama brand pada hasil garapan.
“Mereka tidak butuh itu semua dan membebaskan kami memberi merek sendiri pada kendaraan yang telah digarap,” kata Sandi.
Namun dia menampik anggapan bahwa alasan pemilihan kendaraan asal Cina untuk kendaraan tambang itu terkait pertimbangan harga. Karena, menurut dia, pabrikan asal negara itu bisa membuat kendaraan berkualitas bagus, menengah dan biasa.
“Cina mau buat bagus bisa dan jelek pun bisa, tinggal kita pesan apa. Kita yang harus pintar pilih dan harus ada orang kita yang di sana. Kami pilih yang baik karena nantinya kalau ada apa-apa itu orang tambang akan mencari kami bukan mencari pabrikannya,” jelasnya.
Sany menyebut, meski kendaraan itu bersatndar Euro 5 namun bisa mengonsumsi solar dengan kualitas paling buruk. Sandy juga mengeluhkan jika menggunakan kendaraan dari pabrikan non Cina harus membuat perjanjian dengan agen pemegang mereknya jika yang menyatakan kendaraan menggunakan Dexlite.
“Lalu ngapain kalau boleh pakai solar harus ada perjanjian harus pakai Dexlite. Itu tidak jujurnya di situ. Kalau ini (Roamer) solar biasa, memang polusi tinggi karena itu ditambah AdBlue sehingga gas buangnya baik. Kalau di tambang siapa yang mau lihat itu,” tandas dia. (Cvt)