Mobil Cina Masih Sepi Peminat di Pasar Mobkas, Ini Penyebabnya

0
1578
Ilustrasi, Wuling Cortez CT - dok.Wuling

Jakarta, Mobilitas – Mobil merek asal Cina yakni Wuling dan DFSK mulai dijual di Indonesia tahun 2017.

Dengan usia pemakaian yang telah mencapai lima tahun, sejatinya tidak sedikit pemilik yang ingin menjual mobil dan berganti dengan model baru, baik merek yang sama atau merek lain. Namun, seiring dengan tren banyaknya pasokan mobil bekas (mobkas) merek asal Negeri Tirai Bambu itu, ternyata pasar mobkas (khususnya) di kalangan showroom mobkas umum masih sepi.

“Untuk mobil merek Cina seperti Wuling dan DFSK (Dongfeng Sokon) kita masih belum tertarik untuk menyediakannya. Karena konsumen yang mencari juga sangat, sangt sedikit. Atau malah di kami belum ada,” ungkap pemilik diler mobkas Sahaja Motor, Cipondoh, Tangerang, Lukman Hakim, saat ditemui Mobilitas di Jalan Hasyim Asyhari, Tangerang, Senin (21/11/2022).

Terlebih, lanjut Lukman, lembaga pembiayaan atau leasing sedikit yang bersedia menyediakan fasilitas kredit untuk mobkas merek asal Cina. Kalau pun ada, lanjut dia, hanya model tertentu saja yang disediakan fasilitas kredit yakni SUV Wuling Almaz.

“Karena kalau SUV masih ada peminat, meskipun jarang. Kita enggak tahu apa alasan leasing seperti itu. Kata orang dalam sih, untuk meminimlakna risiko kalau ada gagal angsuran terus mobil ditarik. Kalau SUV kan lebih gampang yah melelangnya karena Almaz yang baru itu cukup lumayan peminatnya. Karena lesaing juga sangat jarang yang mau, kita juga enggak bisa sediakan, kan sebagian besar pembeli mobil bekas itu pakai kredit,” papar Lukman.

Ilustrasi, mobil asal Cina DFSK Glory i-Auto di GIIAS 2022 – dok.Mobilitas

Pernyataan senada diungkap pemilik Graha Mobilindo, Serpong Utara, Hari Juwanto, saat ditemui Mobilitas, Senin (21/11/2022). Menurut dia, masih enggannya masyarakat untuk membeli mobkas merek asal Cina karena kurangnya informasi dan pemahaman saja.

“Masyarakat masih beranggapan untuk ketersediaan sparepart masih susah kalau terjadi apa-apa. Apalagi, belum semua bengkel umum di pinggir jalan itu jarang yang telah memperbaiki mobil-mobil asal Tiongkok itu ya. Ya , mungkin pemilik mobil selama ini masih di bengkel resmi, sehingga ini dipersepsi orang bengkel umum enggak bisa. Padahal, kalau pembeli mobil bekas itu maunya kalau servis ya di bengkel umum, karena faktor pertimbangan harga kali yah,” papar Hari.

Padahal, masyarakat Indonesia saat ini sejatinya telah mengakui mobil-mobil buatan pabrikan asal Cina kualitasnya – baik teknik maupun desain – tidak kalah dengan mobil buatan pabrikan Jepang. Hanya saja, mereka masih ragu dengan soal perawatan mobil bekasnya. (Swe/Jrr/Aa)