Jakarta, Mobilitas – Meski kondisi perekonomian global masih diliouti keidakpastian sejak tahun 2021 setelah gejolak akibat pandemi Covid-19 dan kini disusul ketegangan politik di sejumlh kawasan, namun penjualan mobil mewah Ferrari masih mengkilap.
Data Asosiasi Pabrikan Mobil Eropa (ACEA) dan JATO Dynamic yang disitat Mobilitas di Jakarta, Selasa (1/10/2024) menunjukkan, pada periode Januari – Agustus tahun ini, Ferrari berhasil melego 8.703 unit mobil buatannya. Jumlah ini menanjak dibanding penjualan yang dibukukan mobil merek berlanbng kuda jingkrak itu pada periode sama di tahun 2023 lalu, yang sebanyak 6.974 unit.
Selama delapan bulan pertama 2024 itu, SUV Purosangue menjadi mobil Ferrari dengan kenaikan penjualan yang sangat fantastis. Jika Januari – Agustus 2023 mobil ini baru terjual sebanyak 43 unit, pada Januari – Agustus tahun ini sudah laku sebanyak 1.489 unit.
Bahkan total angka penjualan delapan bulan pertama 2024 itu jauh lebih banyak dibanding total penjualan Purosangue selama setahun penuh di tahun 2023, yang sebanyak 227 unit.
SUV mewah ini memang fenomenal.
Ketika Ferrari membuat pengumuman rencana kehadirannya pada tahun 2021 lalu, minat minat konsumen langsung mencuat. Bahkan saking berjubelnya pemesanan, pada November 2022, Ferrari mengumumkan untuk menyetop pemesanan.
“Kami memang benar menghentikan pemesanan itu. Kami memiliki komitmen besar untuk tidak mengirimkan satu mobil pun sebelum produksi semua model yang dibuat periode pertama selesai. Ini merupakan keputusan yang kami nilai tepat dan konsisten sesuai positioning Ferrari (sebagai merek mobil eksklusif) dan modelnya,” ungkap Kepala Pemsaran dan Komersial Ferrari, Enrico Galliera, seperti dikutip Drive.
Dia menyebut, hingga dua tahun ke depan (tahun 2024) Ferrari Purosangue telah habis terjual. Namun, kabar terbaru yang dilansir Drive, belum lama ini, menyebut sejak Mei 2024 Ferrri telh membuka kembali keran pemesnan Purosangue.
Sekadar informasi, hingga saat ini, Ferrari menjual mobil buatannya di 57 negara di dunia. Masih terbatasnya negara yang menjadi tujuan penjualan dikarenakan produk yang terbatas serta kondisi pasar di negara yang bersangkutan. (Anp/Aa)