Bisnis

Penjualan Mobil di Indonesia Semester I 2025 Masih Merana, Ini Penyebabnya

×

Penjualan Mobil di Indonesia Semester I 2025 Masih Merana, Ini Penyebabnya

Share this article
Ilustrasi, Suzuki S-Presso di IIMS 2025 - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Masih lambatnya pertumbuhan ekonomi nasional yang berdampak ke daya beli masyarakat dan sebaliknya yakni lemahnya daya beli yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi, menjadikan permintaan mobil oleh masyarakat juga melemah.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (8/7/2025) menunjukkan pada bulan Juni 2025, jumlah mobil yang terjual dari pabrik ke dealer (wholesales) sebanyak 57.760 unit. Jumlah tersebut anjlok 22,6 persen dibanding total wholesales pada bulan yang sama di tahun lalu yang masih mencapai 74.615 unit.

Sementara, mobil yang terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) di bulan keenam 2025 tersebut, hanya sebanyak 61.647 unit. Jumlah penjualan ritel ini anjlok 12, persen dibanding penjualan yan tercetak pada Juni 2024, yang masih sebanyak 70.290 unit.

Sedangkan, secara kumulatif Januari – Juni 20254, total wholesales yang dibukukan oleh seluruh pabrikan mobil yang ada di Tanah Air sebanyak 374.740 unit. Total penjualan ke dealer ini merosot 8,6 persen dibanding total wholesales yang dicetak (gabungan semua pabrikan) pada kurun waktu yang sama di tahun 2024.

Adapun total penjualan ritel mobil di Indonesia di semester pertama 2025 itu sebanyak 374.740 unit. Jumlah mobil yang terlego ke konusmen tersebut merosot 8,6 persen dibanding jumlah yang terjual pada periode sama di tahun lalu, yang totalnya masih sebanyak 410.020 unit.

Ilustrasi, Daihatsu Rocky – dok.Mobilitas

Fakta data juga berbicara, di periode enam bulan pertama 2025 itu, total jumlah mobil yang laku terjual dari dealer ke konsumen (penjualan ritel) hanya sebanyak 390.467 unit. Jumlah ini melorot 9,7 persen dibanding periode Januari – Juni 2024 yang masih mencapai 432.453 unit.

Ekonom Center of Economic and Economic Studies (CELIOS) Nailul Huda yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (8/7/2025) menyebut faktor daya beli masyarakat yang masih loyo menjadi penyebab permintaan mobil merosot dibanding tahun lalu. “Biaya hidup yang meningkat tidak seimbang dengan pendapatan. Sehingga, banyak orang yang lebih memprioritaskan beli barang-barang kebutuhan pokok, ketimbang barang non primer dan sekunder,” papar Nailul.

Terlebih, masyarakat merasa tidak “aman” untuk membeli mobil di saat ekonomi nasional rawa terhadap gejolak penurunan. Faktanya, kata Nailul, pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal I 2025 hanya tumbuh 4,87 persen, di bawah proyeksi 5 persen.

Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Senin, 1 Juli 2025 menyebut pertumbuhan ekonomi nasional di semester II 2025 hanya berada di kisaran 4,7 – 5,0 persen. Tingkat pertumbuhan itu jauh di bawh target 8 persen. (Jrr/ Aa)

Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id