Penjualan Mobil RI di Januari Jeblok, Daya Beli dan Kegamangan Konsumen Diduga Penyebabnya

0
56
Ilustrasi, Toyota Corolla Cross Hybrid - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Amblesnya penjualan tidak hanya terjadi pada volume distribusi alias penjualan mobil ke diler (wholesales), tetapi bjuga dari diler ke konsumen (penjualan ritel).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Senin (12/2/2024) menunjukkan selama bulan pertama di 2024 itu, total wholesales yang dibukukan oleh seluruh pabrikan mobil di Tanah Air sebanyak 69.619 unit. Jumlah ini jeblok hingga 26,1 persen dibanding total wholesales selama Januari tahun lalu yang sebanyak 94.270 unit.

Pada saat yang sama, total penjualan mobil dari diler ke konsumen (penjualan ritel) yang dicetak seluruh pabrikan hanya 78.214 unit. Jumlah penjualan ini juga jeblok, meski lebih kecil yakni sebesar 13,9 persen dibanding Januari tahun lalu yang total penjualan ritel mencapai 90.892 unit.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Stuides (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (12/2/2024) menyebut, amblesnya kinerja penjualan mobil dikarenakan oleh adanya perlambatan denyut pertumbuhan ekonomi yang semakin menjadi di kuartal pertama 2023 lalu. “Intinya, ini dikarenakan daya beli masyarakat yang melemah, sehingga tingkat konsumsi menurun,” kata dia.

Ilustrasi, mobil yang dijual di Indonesia, Suzuki Ertiga – dok.Mobilitas

Terlebih, lanjut Bhima, Januari 2024 merupakan bulan yang mendekati digelarnya hajatan politikj Pemilihan Umum (Pemilu), sehingga banyak orang yang menunggu hasil Pemilu. Khususnya memastikan, apakah perhelatan politik itu berdampak buruk terhadap kondisi sosail adan ekonomi atau tidak.

Hal senada diungkap Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (12/2/2024). “Sejak akhir 2023, masyarakat itu sudah wait and see terhadap kondisi yang akan terjadi. Apalagi, pada saat yang sama lembaga pembiayaan pemberi fasilitas pendanaan kredit (seperti bank dan leasing) yang juga memperketat proses pembiayaan. Karena BI Rate (suku bunga acuan Bank Indonesia) juga masih tinggi, 6 persen,” tandas Jongkie.

Sementara itu, data hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia pada November 2023 yang disitat Mobilitas di Jakarta, Senin (12/2/2024) memperkuat dugaan Bhima. Hasil survei itu memperlihatkan rasio konsumsi masyarakat dengan pengeluaran Rp 5 juta terus menurun hingga 22,3 persen.

Penurunan terbesar -yakni hingga 34,7 persen – dialami oleh kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 2,1 juta – Rp 3 juta. (Jap/Sen/Aa)