Sembilan Bulan Pertama 2023 Penjualan Mobil di RI Naik, Tapi Super Tipis

0
1276
Ilustrasi, Hyundai Stargazer X - dok.HMID

Jakarta, Mobilitas – Bukan hanya penjualan ke konsumen (penjualan ritel) saja yang naik sangat tipis, tetapi juga penjualan dari pabrik ke diler (wholesales).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Selasa (10/10/2023) menunjukkan, selama periode Januari hingga September tahun ini, total jumlah mobil (kendaraan bermotor roda empat atau lebih) yang terjual ke konsumen sebanyak 746.239 unit.

Jumlah ini meningkat sangat tipis 1,9 persen dibanding periode sama di 2022. Sebab, selama selama sembilan bulan pertama 2022, total penjualan ritel mobil masih sebanyak 732.366 unit.

Sementara, total jumlah mobil yang terlego ke diler (wholesales) di kurun waktu yang sama, mencapai 755.173 unit. Jumlah penjualan ini naik super tipis 0,4 persen dibanding periode sama di 2022 yang masih sebanyak 758.217 unit.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, yang dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Selasa (10/10/2023) menduga minimnya peningkatan penjualan (baik ritel maupun wholesales) dikarenakan ada kendala dalam proses distribusi mobil. Sehingga, penjualan ke konsumen juga mengalami penurunan.

“Karena kalau kita lihat ekonomi masih tumbuh positif, dimana kuartal pertama tumbuh 5,04 persen dan kuartal II tumbuh 5,17 persen. Kuartal III, juga diperkirakan tumbuh di atas 5 persen kalau yang saya dengar dari beberapa prediksi lembaga-lembaga resmi. Selama periode Januari sampai September juga telah banyak digelar pameran (IIMS, GIIAS, dan lainnya). Artinya tawaran model baru juga banyak,” papar Jongkie.

Ilustrasi, Toyota Raize – dok.Toyota Astra Motor

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad yang dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Selasa (10/10/2023) memperkirakan minimnya kenaikan penjualan mobil selama sembilan pertama dipengaruhi kekhawatiran konsumen terhadap ekonomi.

“Itu terlihat dari persepsi konsumen terjadap ekonomi atau Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) seperti terlihat di hasil survei Bank Indonesia,” papar dia.

IKK selama bulan Juli sebesar 123,5. Meski masih terjaga di area optimis karena di atas skor 100, namun menyusut dibanding Juni yang sebesar 127,1. Sementara di bulan Agustus sedikit meningkat menjadi 125,5, tetapi kembali menyust di bulan September yang sebesar 121,7.

Sekadar informasi,IKK adalah indikator untuk mengetahui keyakinan konsumen mengenai kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian ke depan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi termasuk kondisi sosial dan politik, nilai tukar, hingga ketersediaan lapangan kerja. (Ant/Aa)