Berkendara Malam Hari Waspadalah di Perlintasan Sebidang KA, Ini Alasannya

0
39
Ilustrasi, perlintasan kereta api - dok.Istimewa via Djoko Setijowarno

Jakarta, Mobilitas – Kecelakaan lalu-lintas di perlintasan sebidang di sepanjang jalur rel kereta api sampai saat ini masih terus berulang.

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno dalam keterangan resmi yang diterima Mobilitas, di Jakarta, Minggu (10/12/2023) mengatakan kecelakaan di lokasi perlintasan masih marak. Mengutip data PT Kereta Api Indonesia (KAI), Djoko menyebut dalam rentang waktu tahun 2018 – 19 November 2023 kasus kecelakaan di perlintasan sebidang mencapai 1.934 kali.

“Sebanyak 1.667 kejadian atau 86,2 persen diantaranya terjadi di perlintasan sebidang yang tidak dijaga. Sisanya, 267 kejadian atau 13,8 persen di perlintasan sebidang yang terjaga,” kata Dosen Fakultas Teknik Unika Soegijapranata, Semarang, itu.

Jumlah korban dalam kasus kecelakaan selama rentang waktu tersebut mencapai 1.409 orang. Dari jumlah itu 502 jiwa (35,6 persen) meninggal dunia. Kemudian luka berat 458 jiwa (32,5 persen) dan luka ringan 449 jiwa (31,9 persen).

“Akhir-akhir ini banyak kejadian kecelakaan di perlintasan sebidang pada malam hari. Dan lokasi berada di perdesaan. Pelintasan sebidang banyak bermunculan seiring meluasnya kawasan permukiman ke desa-desa,” jelas Djoko.

Ilustrasi, Kereta Api – dok.Istimewa

Dia menegaskan, fakta yang ada memperlihatkan pada malam hari perlintasan sebidang itu tidak dijaga. Sehingga pelintas kurang mengetahui, karena tidak mau memperhatikan keberadaan rambu dan marka.

Ihwal pentingnya kewaspadaan tinggi saat berkendara di malam hari, terutama di lokasi rawan termasuk perlintasan kereta api sebidang juga ditekankan Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting, Jusri Pulubuhu. “Karena pada saat malam hari, selepas beraktivitas, secara alamiah kondisi tubuh mulai lelah dan syaraf-syaraf mengirim sinyal minta istirahat. Mengantuk, kurang konsentrasi, dan emosi kurang stabil adalah sinyal-sinyal itu,” ujar dia saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Senin (11/12/2023).

Dalam kondisi seperti ini, respon syaraf motorik saat menerima perintah syaraf sensorik untuk menyikapi kondisi tertentu – apalagi yang bersifat cepat dan tiba-tiba –  juga melambat. Terlebih jika berada di tempat gelap dan tidak ada tanda-tanda seperti perlintasan sebidang kereta api.

“Sehingga lebih waspada dan melihat secara cernat sekeliling lokasi itu ketika melintas di malam hari adalah hal yang harus dilakukan,” saran Jusri. (Swe/Aa)