Faktor Ini Disebut Bikin Orang Indonesia Ragu Beli Kendaraan Listrik

0
1114
Ilustrasi, pengecasan daya baterai mobil listrik - dok.Protocol.com

Jakarta, Mobilitas – Meski demikian, mayoritas orang Indonesia mengakui kendaraan setrum itu ramah terhadap lingkungan.

Fakta tersebut terungkap dari hasil survei yang digelar PriceWaterhouseCoopers (PwC) Indonesia yang dilakukan pada Juni – September tahun ini. Keterangan PwC Indonesia yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (21/10/2023) menyebut 63 persen responden di segmen mobil mengaku enggan membeli karena ragu akan ketersediaan infrastruktur.

“Sementara responden di sepeda motor yang mengaku enggan terkait ketersediaan infrastruktur itu mencapai 52 persen,” bunyi keterangan tersebut.

Secara rinci, terkait dengan ketersediaan infrastruktur itu, kergauan yang terbesar adalah ketersediaan stasiun pengisian pengisian daya. Di segmen mobil, 63 persen respon mengaku enggan membeli karena ragu dengan ketersediaan stasiun pengisian daya atau pengecasan baterai.

“Sementara, di segmen sepeda motor, 52 persen responden yang mengaku enggan karena ragu dengan infrstruktur tersebut,” jelas PwC Indonesia.

Ilustrasi, sebuah Stasiun Pengisian Daya Baterai Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU – dok.Mobilitas

Namun, soal ketersediaan infrastruktur bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan oleh masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik. Biaya pemeliharaan yang mahal dalam jangka panjang menyebabkan 87 persen responden menjadi enggan.

Kemudian 83 persen enggan karena khawatir terhadap harga suku cadang. Lalu 66 persen karena khawatir terhadap pengeluaran tak terduga, dan 59 persen mengkhawatirkan biaya perawatan rutin.

Automotive Leader PwC Indonesia Hendra Lie menegaskan, meski daya tarik kendaraan listrik semakin besar, namun kekhawatiran konsumen dapat mempengaruhi tingkat adopsi kendaraan tersebut secara signifikan.

“Pemahaman yang mendalam mengenai kekhawatiran ini sangat penting bagi produsen, pembuat kebijakan (pemerintah), dan pemangku kepentingan lainnya, agar dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan konsumen di Indonesia secara efektif,” tandas Hendra.

Sekadar informasi, survei dilakukan di delapan kota besar di Indonesia. PwC Indonesia menyebut latar belakang dan usia responden survei beragam, rentang usia lintas generasi. (Din/Aa)