Pembiayaan Kredit Mobil Listrik di RI Masih Minim, Ternyata Ini Penyebabnya

0
208
Ilustrasi, pengisian daya baterai mobil listrik - dok.CNET

Jakarta, Mobilitas – Masih minimnya peran lembaga pembiayaan (leasing) dalam pembelian mobil listrik baterai (BEV) di Tanah Air bukan sekadar harga yang mahal, tetapi juga skema pembelian yang lebih dipilih konsumen.

Seperti diungkap Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno, sampai saat ini harga mobil listrik baterai masih terbilang mahal. Sehingga, konsumen kelas atas dengan daya beli yang tinggi saja yang menjangkaunya.

“Nah, karena konsumennya kebanyakan itu kelompok masyarakat dengan strata ekonomi yang tinggi atau kelas atas, maka cara pembayaran pembeliannya lebih menggunakan cara cash atau tunia. Ya sekitar 80 persen sampai 85 persen. Sisanya kredit, itu pun dengan tenor yang terbilang singkat,” papar Suwandi saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Selain faktor harga dan cara pembayaran pembelian yang lebih banyak tunai itu, faktor lain yang menyebabkan peran lembaga leasing dalam pembiayaan pembelian BEV yang masih minim di Tanah Air adalah, karena masih belum terbentuknya ekosistem kendaraan tersebut. Ekosistem bukan sekadar jumlah mobil listrik yang ada di masyarakat plus infrastruktur pendukungnya semata, tetapi juga pasar kendaraan bekasnya.

Ilustrasi, mobil listrik Neta V yang dijual di Indonesia – dok.PT NAI

“Sehingga, ketika ada kredit macet, lalu mobil diambil oleh leasing maka ketika akan dijual melalui lelang, leasing juga akan kesulitan. Faktor ini juga menjadi pertimbangan,” kata Suwandi.

Hal serupa diungkap peneliti dari Indonesia Renewable Energy and Economic Institute (IREEI), Muhammad Hafidudin. Dia yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Selasa (5/3/2024) mengatakan faktor pasar kendaraan bekas yang belum terbentuk, persoalan jika terjadi kerusakkan mobil dan harus berganti baterai secara keseluruhan yang biayanya hampir sama dengan membeli mobil baru juga menjadi pertimbangan.

Dengan kata lain, lanjut Hafidudin, soal penurunan atau depresiasi nilai dari barang, dan jaminan dari asuransi juga menjadi pertimbangan. Sebab, sampai sekarang harus diakui, soal jaminan dari asuransi untuk perlindungan risiko mobil listrik masih minim.

“Meskipun banyak pabrikan yang memberi garansi baterai hingga beberapa waktu tertentu. Informasi yang saya terima dari teman-teman di leasing, keenganan mereka untuk pembiayaan kendaraan listrik baterai itu karena soal mitigasi potensi risiko masih banyak kendala,” papar Hafidudin. (Anp/Aa)