Januari – Februari 2024 Penjualan Mobil di RI Kembali Melambat, Ini Penyebabnya

0
283
Ilustrasi, Toyota Kijang Innova Zenix - dok.TAM

Jakarta, Mobilitas – Fakta berbicara penjualan mobil – baik ke diler (wholesales) maupun dari diler ke konsumen (penjualan ritel) – sepanjang Januari hingga Februari 2023 melonjak dibanding periode sama tahun 2022.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Senin (11/3/2024) menunjukkan, sepanjang dua bulan pertama 2023 itu total wholesales yang dibukukan seluruh pabrikan mobil di Indonesia mencapai 181.077 unit. Jumlah ini meningkat 9,6 persen dibanding Januari – Februari 2022 yang mencapai 165.144 unit.

Sementara, di saat yang sama, total penjualan ritel seluruh merek atau pabrikan sebanyak 174.845 unit. Jumlah ini melonjak 17,7 persen dibanding total angka penjualan ritel yang berhasil diraup pabrikan mobil di Tanah Air yang sebanyak 148.557 unit.

Namun, ternyata moncernya penjualan tak berlanjut di Januari – Februari 2024 ini. Data berbicara, total wholesales yang dicetak merek atau seluruh pabrikan mobil di Tanah Air hanya sebanyak 140.274 unit. Angka wholesales tersebut, ambles 22,6 persen dibanding wholesales selama periode sama di tahun 2023.

Ilustrasi, Honda WR-V – dok.Mobilitas

Adapun total angka penjualan ritelnya hanya sebanyak 148.505 unit. Jumlah tersebut merosot 15 persen dibanding total penjualan ritel di periode sama tahun lalu.

Ihwal kembali melorotnya penjualan mobil selama dua bulan perdana di 2024 ini, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (11/3/2024) menyebut dikarenakan faktor sikap konsumen yang menunda pembelian.

“Mengapa? Karena di tengah kondisi ekonomi nasional yang berada di stagnasi atau melambat, penyelenggaraan Pemilu (pemilihan umum) dikhawatirkan menjadikan ekonomi semakin melemah. Apalagi, jika Pemilu itu membawa dampak sosial politik yang berlarut-larut. Jika itu terjadi, maka kondisi dikhawatirkan membuat kondisi ekonomi semakin sulit,” papar Jongkie.

Celakanya, kata Jongkie, melihat kondisi sosial ekonomi yang seperti itu, lembaga pembiayaan juga lebih selektif dalam memberikan fasilitas pembiayaan kredit ke konsumen. “Padahal, sekitar 70 persen – 80 persen pembelian mobil di Indonesia, itu dilakukan secara kredit,” tandas Jongkie. (Din/Aa)