Jakarta, Mobilitas – Sebelumnya, Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan memprediksi puncak arus balik Lebaran pada 24 – 25 April.
“Oleh karena itu kita arahkan orang mudik melakukan balik Lebaran di tanggal 26, 27, 28 (April). Karena karena orang yang kerja, pulangnya di tanggal 24 atau 25 April. Kalau anak sekolah tanggal 2 Mei. Jadi di 24 atau 25 Aoril itu puncaknya,” papar Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, di Kalikangkung, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (21/4/2023) kemarin.
Menhub juga menyebut, pihaknya berkoordinasi dengan operator jalan tol agar memberikan insentif berupa diskon tarif jalan tol pada periode 26 – 28 Aoril itu. Sehingga, ada sesuatu yang menarik jika pulang balik ke tempat perantauan setelah mudik, pada 26 – 28 April tersebut.
Juru bicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati, yang dihubungi Mobilitas, dari Jakarta, Sabtu (21/4/2023) malam mengatakan, maksud rekomendasi Menhub itu sudah jelas, yakni mengajak masyarakat untuk menghindari puncak arus balik. “Jadi bukan meminta masyarakat yang mudik untuk kembali ke tempat tinggalnya di perantauan pada 26 – 28 April, dan tidak menyarankan di 24 – 25 April,” ujar Adita.
Adita mengatakan, rekoendasi itu didasari fakta bahwa, tanggal mulai aktif masuk kerja masyarakat mulai 26 April. Sehingga, para pemudik yang akan bekerja kembali di tanggal itu mau tidak mau akan balik pada 24 – 25 April.
“Apalagi, berdasar survei Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub diketahui puncak arus balik diprediksi pada tanggal –tanggal tersebut. Jadi sekali lagi, rekomendasi Pak Menteri itu justeru menyarankan agar masyarakat bijak memilih waktu untuk balik. Proritaskan yang sudah mendesak waktunya untuk balik karena harus beraktifitas kerja lagi, dan yang belum memilih di waktu berikutnta. Sehingga tidak terjadi kepdatan dan kemacetan lalu-lintas,” papar Adita.
Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, meminta masyarakat juga proaktif mencari informasi arus lalu-lintas. Menurut dia, laporan real time dari hari ke hari, jam ke jam, hingga menit ke menit di lapangan justeru yang paling penting.
Karena itu, lanjut dia, medai massa terutama media televisi, radio, dan media online yang melakukan peliputan secara real time itu terus secara konsisten melaporkan perkembangan yang terjadi.
“Masyarakat, harus memantau kondisi terkini, Apalagi, sekarang ini pemantuan cukup mudah ya, karena bisa melalui ponsel internet bisa membaca berita-berita perkembangan kondisi dan situasi yang tengah terjadi,” papar Djoko saat dihubungi Mobilitas dari Jakarta, Sabtu (21/4/2023) malam. (Jap/Tus/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id