Meski Diprediksi Bakal Tergusur LFP, Baterai Nikel Masih Tetap Diminati Karena Faktor Ini

0
28
Ilustrasi baterai mobil listrik - dok.CAR Magazine

Jakarta, Mobilitas – Perusahaan publikasi perdagangan global asal Manhattan, Amerika Serikat, S & P Global memperkirakan setelah tahun 2030 nanti dominasi baterai listrik berbahan nikel (Nickel Manganese Coblat atau NMC) akan tergusur baterai Lithium Ferro Phospate (LFP).

Namun demikian, seperti diungkap Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, baterai NMC atau baterai nikel tak serta merta bakal hilang begitu saja di pasar industri otomotif dunia.

“Karena baterai NMC ini masih dibutuhkan dan digunakan untuk kendaraan listrik jenis dan kelas tertentu. Misalnya kendaraan yang butuh tenaga besar besar dengan seperti bus listrik atau truk listrik karena mereka membutuhkan baterai dengan densitas tinggi,” kata dia saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Rabu (24/1/2024).

Begitu pula dengan kendaraan listrik jenis kendaraan penumpang kelas premium. Sebab, kendaraan listrik kelas itu membutuhkan sokongan baterai agar memiliki daya jelajah yang jauh.

Ilustrasi, pengecasan daya baterai mobil listrik – dok.EV Box Blog

“Karena baterai NMC itu memiliki debsitas yang tinggi tetapi harganya lebih mahal. Karean itu, kendaraan yang harganya mahal seperti kelas premium menggunakan baterai jenis ini. Kalau produsen mobil menggunakan baterai LFP itu karena pertimbangan harga, sebab LFP lebih murah tetapi lebih awet. Tesala menggunakan LFP untuk sebagian produknya yang kelas entry level (standar) seperti Tesla Model 3 dan Model Y,” papar Fabby.

Pernyataan serupa diungkap Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli yang dihubungi Mobilitas di Jakarta, Kamis (25/1/2024). Dia menyebut penggunaan baterai LFP oleh pabrikan selain harganya yang lebih murah, juga dibayangi kenyataan di masa depan dimana pasokan nikel akan terus menurun dan harganya mahal.

“Pabrikan di Cina menggunakan LFP, termasuk Tesla di Cina karena harganya memang lebih murah. Selain itu mereka menggunakan LFP agar mudah masuk pasar Amerika Serikat yang mensyaratkan industri daur ulang yang ketat bagi produsen yang mau masuk ke negaranya. Nah, LFP ini daur ulangnya lebih mudah,” jelas Rizal.

Sebelumnya S & P Global menyebut saat ini porsi penggunaan baterai NMC di dunia masih 60 persen dan LFP 40 persen. Namun, setelah tahun 2030 akan terbalik dimana NMC yang mencapai 60 persen lebih, dan sisanya NMC.  (Wen/Jrr/Aa)