Penjualan Mobil di Oktober Melorot, Orang Batasi Konsumsi Karena Faktor Ini

0
1082
Daihatsu Rocky di Jepang - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Melorotnya jumlah penjualan mobil terlihat mencolok pada penjualan langsung ke konsumen (penjualan ritel).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (11/11/2023) menunjukkan, pada bulan Oktober itu jumlah mobil yang terjual dari diler ke konsumen (penjualan ritel) 79.351 unit. Jumlah ini melorot 1,9 persen dibanding jumlah penjualan ritel selama bulan sebelumnya (September) yang sebanyak 80.972 unit.

Padahal, total angka penjualan ritel yang diraup seluruh pabrikan pada bulan kesembilan tersebut sudah merosot dibanding bulan Agustus yang sebanyak 86.361 unit. Merosotnya penjualan Oktober tahun ini juga merosot 13,9 persen dibanding  Oktober tahun 2022 lalu. yang mencapai 93.194 unit.

Menanggapi melorotnya penjualan ritel selama OKtober tahun ini, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto yang dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (11/11/2023) menyebut faktor daya beli diduga menjadi penyebabnya.

Ilustrasi, Toyota Corolla Cross Hybrid – dok.Istimewa

“Karena pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga yang turun ya (pertumbuhan ekonomi hanya 4,94 persen, susut dibanding kuartal II yang masih sebesar 5,17 persen. Selain itu, suku bunga kredit juga naik kan?,” kata Jongkie.

Pernyataan senada diungkap Direktur Eksekutif Institute For Development of Economic and Finance (INDEF) Ahmad Tauhid. “Pola konsumsi masyarakat belum normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Apalagi, sepanjang kuartal III, inflasi meningkat sehingga harga bahan kebutuhan pokok juga naik. Sehingga, orang menahan tingkat konsumsi,” papar Tauhid saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Sabtu (11/11/2023).

Sepanjang kuartal III tahun ini, lanjut Tauhid, inflasi mencapai 1,63 persen. Tingkat inflasi ini naik dibanding kuartal II yang sebesar 1,24 persen.

Sementara, data hasil Survei Penjualan Ritel Bank Indonesia yang disitat Mobilitas, Sabtu (11/11/2023) menunjukkan sepanjang kuartal III hanya 1,2 persen. Tingkat indeks ritel ini lebih kecil dibanding kuartal II yang sebesar 1,6 persen, artinya tingkat konsumsi masyarakat melorot selama periode tersebut. (Dof/Aa)