Penjualan Mobil Januari – November di RI Menyusut, Ini Penyebabnya

0
46
Toyota Raize, di Jepang tersangkut skandal aspek keamanan yang dilakukan Daihatsu Motor - dok.Istimewa

Jakarta, Mobilitas – Penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesales) maup-un dari diler ke konsumen (penjualan ritel) sepanjang Januari – November tahun ini menyusut.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas di Jakarta (10/12/2023) menunjukkan, sepanjang sebelas bulan pertama 2023 itu, total wholesales yang dibukukan seluruh merek atau pabrikan mobil di Indonesia hanya sebanyak 920.758 unit. Jumlah ini menyusut 2,3 persen dibanding total wholesales selama periode sama di tahun lalu, yang sebanyak 942.686 unit.

Pada saat yang sama, jumlah mobil yang dibeli konsumen (penjualan ritel) sebanyak 908.343 unit. Total mobil yang terlego ke konsumen ini menciut 0,1 persen dibanding tahun lalu yang masih sebanyak 909.691 unit.

“Tingkat suku bunga acuan pinjaman atau kredit (lending interest rate) yang ditetapkan 6 persen oleh Bank Indonesia pada 18 Oktober lalu cukup berdampak. Karena leasing (perusahaan pembiayaan kredit) sekarang semakin selektif. Ini dikarenakan potensi risiko kredit macet juga tinggi, karena di akhir tahun ini sampai kuartal pertama 2024, kan ada rangkaian proses Pemilu (Pemilihan Umum),” ungkap Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Minggu (10/12/2023).

Suzuki S-Presso – dok.Mobilitas

Terlebih, sepanjang kuartal ketiga (Juli – September) pertumbuhan ekonomi hanya 4,9 persen. Besaran ini menyusut dibanding kuartal II (April – Juni) masih 5,17 persen, dan kuartal pertama (Januari – Maret) mencapai 5,03 persen. “Ini mengindikasikan daya beli juga menurun. Padahal, sampai saat ini lebih dari 70 persen pembelian mobil di Indonesia, itu dilakukan menggunakan skema kredit,” ujar Jongkie.

Sekadar informasi, hasil survei Bank Indonesia (BI) yang dirilis beberapa waktu lalu menunjukkan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) selama kuartal III terus menyusut dan berada di kisaran 126 – 128. Pada Juli sebesar 123,5, lalu Agustus 125,2 dan September 121,7.

Untuk diketahui, IKK adalah indikator untuk mengetahui keyakinan konsumen terjadap kondisi perekonomian nasional. Semakin besar angkanya maka semakin besar pola optimisme masyarakat, dan sebaliknya. (Anp/Aa)