Selama 2021 Jumlah Penumpang KRL Jabodetabek Susut 19,6%

0
1514
Kereta Rel Listrik - dok.Infopublik.id

Jakarta, Mobilitas – PT KAI Commuter mengumumkan kinerja sepanjang tahun 2021 yang telah dibukukan perusahaan. Dari sisi jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) – di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) maupun Yogyakarta dan Solo – selama tahun 2021 ternyata menurun.

Dalam keterangan resmi yang dirilis Minggu (2/12/2021) Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menyebut jumlah penumpang yang diangkut KRL Jabodetabek pada tahun itu sebanyak 123.125.911 pengguna atau rata-rata 337.331 pengguna per hari.

“Jumlah tersebut turun 19,6% dibanding jumlah pengguna KRL Jabodetabek sepanjang tahun 2020 yaitu sebanyak 153.154.151 pengguna. Rata-rata pengguna perharinya sebanyak 419.600 pengguna,” ungkap Anne.

Penumpang KRL – dok.Kompas.com

Menurut dia kondisi pandemi dan diberlakukannya peraturan pembatasan kegiatan membuat jumlah penumpang KRL semakin menurun. Terlebih banyak anggota masyarakat yang memilih melakukan aktifitas atau kerja dari rumah.

Data perusahaan itu juga menunjukkan di trayek Yogyakarta – Solo sepanjang 2021, volume pengguna tercatat sebanyak 1.739.454 pengguna dengan rata-rata pengguna per hari mencapai 5.325 pengguna. “Jumlah pengguna terbanyak tercatat pada bulan Desember yaitu sejumlah 290.618 pengguna atau 9.375 orang rata-rata pengguna per harinya,” sebut Anne.

Dengan demikian total pengguna KRL – Jabodetabek plus Yogyakarta ke Solo PP – sepanjang tahun tersebut mencapai KAI Commuter mampu melayani 124.865.365 pengguna di Jabodetabek maupun Yogyakarta – Solo. Jumlah ini juga masih
menyusut dibanding tahun 2020.

KRL Jabodetabek – dok.Wikipedia

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyebut klaim penurunan jumlah penumpang KRL yang terjadi sepanjang 2021 karena adanya aturan pembatasan sosial terkait pandemi Covid-19 memang masuk akal. Kendati begitu, upaya untuk meningkatkan kualitas layanan maupun infrastruktur KRL – khususnya di Jabodetabek – tetap harus digenjot.

“Karena KRL ini merupakan sarana transportasi masa depan di Jabodetabek dalam rangka dua hal yaitu mengurangi tingkat kemacetan dan menekan tingkat polusi atau emisi karbon dari asap kendaraan dalam rangka menuju pengurangan emisi karbon sebagaimana komitmen Indonesia ke global seperti dinyatakan dalam perjanjian Paris,” papar Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu saat dihubungi Mobilitas di Jakarta, Senin (3/12/2021).

Oleh karena itu, layanan KRL harus dibuat semakin menarik dan berkelas, sehingga masyarakat dari berbagai kalangan tertarik untuk beralih ke angkutan massal itu karena kenyamanan dan keamanannya. Apalagi jika sarana angkutan itu mudah dijangkau dan berbiaya murah.

Layanan KRL – dok.Infopublik.id

“Misalnya dibuat layanan khusus yang menarik untuk kalangan tertentu dan terkoneksi dengan angkutan yang khusus berteknologi elektrfikasi pula dari stasium pemberhentian menuju tempat-tempat pusat aktifitas para pengguna,” jelas Djoko.

Jika masyarakat beralih ke angkutan umum, maka volume kendaraan pribadi di jalanan akan berkurang drastis. Ujungnya, polusi udara dari emisi gas buang pun akan berkurang.
“Intinya, upaya peningkatanan kualitas layanan dan infrastruktur pendukung layanan KRL jangan kendor,” saran pria yang juga pengajar Fakultas Teknik Unika Soegijapranata, Semarang, itu. (Fan/Aa)