Sembilan Bulan Pertama 2023, Total Penjualan Truk dan Bus Terpuruk

0
1166
Truk medium Isuzu yang dijual di Indonesia - dok.Mobilitas

Jakarta, Mobilitas – Pada Januari hingga September itu, sebagian besar pabrikan membukukan merosotnya penjualan unit ke diler (wholesales) maupun ke konsumen (penjualan ritel).

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) yang dikutip Mobilitas, di Jakarta, Jumat (20/10/2023) menunjukkan, semua pabrikan asal Jepang mengalami kemerosotan penjualan. Tercatat, Mitsubishi Fuso yang merupakan pemimpin pasar, di periode itu membukukan wholesales produk (total truk dan bus) sebanyak 24.296 unit. Jumlah ini merosot 10, 1 persen dibanding sembilan bulan pertama 2022..

Kemudian Isuzu sebanyak 24.120 unit, merosot 11,9 persen. Begitu pula dengan Hino yang menjual 20.591 unit atau merosot 3,6 persen, dan Tata Motors yang hanya menjual 20 unit atau ambles 89 persen.

Adapun UD Trucks di periode itu masih membukukan naiknya wholesales, dengan total 1.417 unit. Namun jumlah itu meningkat sangat tipis yakni hanya 0,7 persen dibanding periode sama di tahun lalu.

Tetapi, yang pasti merosotnya penjualan kendaraan komersial (terdiri dari truk yang terdiri dari kategori ringan hingga berat, plus sasis bus) ini juga terjadi dalam penjualan ritel. Hampir semua pabrikan membukukan amblesnya penjualan ke konsumen tersebut.

Ilustrasi, truk Hino Dutro – dok.Mobilitas

Data berbicara, penjualan ritel yang dibukukan Mitsubishi Fuso 25.499 unit, merosot 6,6 persen. Kemudian Isuzu 23.479 unit, merosot 2 persen. Lalu Hino 19.936 unit (merosot 2,9 persen), Tata Motors 19 unit (anjlok 90 persen), dan UD Trucks 1.360 unit (merosot 0,4 persen).

Menurut Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menyusutnya penjualan kendaraan komersial terutama kendaraan pengangkut barang sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.

“Kalau kita lihat di kuartal pertama kondisi pertambangan, konstruksi, lalu sektor pertanian, kehutanan hingga perikanan juga menurun. Begitu juga sektor real estate atau perumahan. Kondisi di kuartal pertama ini dampaknya ke permintaan truk terasa di kuartal dua atau ketiga,” papar dia saat dihubungi Mobilitas, di Jakarta, Jumat (20/10/2023).

Terlebih sejak kuartal kedua, banyak pelaku usaha yang mengerem ekspnasi dan belanja barang modal termasuk truk karena melihat perkembangan isu politik. Mereka akan bersikap seperti itu, lanjut Jongkie, hingga penyelenggaraan pemilihan umum selesai. (Swe/Aa)