Jakarta, Mobilitas – Sebelumnya, disebutkan ada beberapa pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) swasta, antara lain Shell, APR (join venture BP-AKR) dan Vivo yang enggan membeli base fuel atau Bahan Bakar Minyak (BBM) murni atau BBM dasaryang diimpor oleh Pertamina. Alasannya karena base oli itu mengandung etanol.
Sementara, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025) mengatakan secara regulasi adanya kandungan etanol tersebut diperbolehkan. Bahkan dia mengatakan – dia menyebut “kalau tidak salaha” – sampai 20 persen.
Sementara, di base fuel yang diimpor Pertamina terdapat kandungan etanol hingga 3,5 persen. “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol, ” kata Achmad.
Terkait dengan hal itu, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun, dalam keterangan resmi yang diterima Mobilitas di Jakarta, Kamis (2/10/2025) menyebut kandungan etanol dalam produk BBM merupakan praktik yang lazim di kalangan perusahaan migas dan berlaku secara internasional.
“Penggunaan BBM dengan campuran etanol hingga 10 persen telah menjadi best practice di banyak negara seperti di Amerika, Brasil, bahkan negara tetangga seperti Thailand, sebagai bagian dari upaya mendorong energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon,” ujar Roberth. (Swe/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id
