Jakarta, Mobilitas – Dua orang sumber di internal perusahaan itu menyebut pengurangan produksi tersebut dilakukan di empat pabrik di Republik Rakyat Cina (Cina). Akibatnya terjadi pengurangan shift kerja di pabrik-pabrik tersebut.
Laporan Reuters yang dikutip Mobilitas di Jakarta, Jumat (27/6/2025) menyebut BYD telah memperlambat produksi kendaraannya di Cina dan mengurangi sebagian kapasitas karena pertumbuhan penjualannya melambat.
‘Keputusan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan BYD yang kuat selama beberapa tahun terakhir mungkin melambat, karena perusahaan menghadapi tekanan inventaris yang meningkat bahkan setelah pemotongan harga yang signifikan di pasar,’ tulis Reuters yang mengutip dua orang sumber di BYD.
Sementara sumber lain mengatakan langkah-langkah tersebut diterapkan setelah target penjualan tidak terpenuhi. Sebelumnya, pabrikan besutan Wang Chuanfu itu berencana untuk meningkatkan penjualan hampir 30 persen tahun 2025 ini menjadi 5,5 juta unit.
Sedangkan laporan laman CnEVPost yang disitat Mobilitas di Jakarta, Jumat (27/6/2025) menunjukkan tingkat pertumbuhan penjualan mobil elektrifikasi BYD dalam empat tahun terakhir terus berada di tren menurun.
Pada tahun 2021 misalnya, tingkat kenaikan penjualan BYD Masih sebesar 218,30 persen, kemudian di tahun 2022 turun menjadi 208,64 persen, tahun 2023 sebesar 62,0 persen, dan di tahun 2024 hanya sebesar 41,26 persen.
Adapun di tahun 2025 ini, pada periode Januari – Mei, BYD membukukan kenaikan penjualan sebesar 38,70 persen. Total jumlah mobil elektrifikasi merek ini yang terjual di periode tersebut 1.763.369 unit. (Jrr/Aa)
Mengawali kiprah di dunia jurnalistik sebagai stringer di sebuah kantor berita asing. Kemudian bergabung dengan media di bawah grup TEMPO Intimedia dan Detik.com. Sejak 2021 bergabung dengan Mobilitas.id
